Rabu, 28 September 2016

Kenapa naik sepeda itu tegak? Karena otak kita

Hugh Hunt

  • 6 Juni 2016
Balap sepedaImage copyrightGETTY IMAGES
Image captionPengendara sepeda motor dengan roda besar mungkin bisa merasakan efek gyroscopic, tak seperti pengayuh sepeda.
Naik sepeda itu gampang, begitulah katanya. Tapi bagaimana kita bisa tetap tegak di atas sepeda? Jawaban yang sering diberikan adalah karena ‘efekgyroscopic’ –perputaran yang membuat porosnya tetap tegak, tidak ikut berputar.
Tapi apa memang benar?
Mari kita sederhanakan. Efek gyroscopicterjadi karena roda yang berputar membuat Anda tetap di porosnya, sama seperti tetap berdiri tegak di Bumi yang berputar.
Pengendara sepeda motor dengan roda besar yang kencang mungkin bisa merasakan efek gyroscopic, sedang pengayuh sepeda biasa tidak merasakannya karena rodanya lebih ringan dan kecepatannya cuma ‘bersenang-senang’ - bukan membalap- sehingga berputarnya tidak cukup cepat.
Jika memang memutar roda –yang prinsipnya menghasilkan efekgyroscopic- yang membuat orang bisa tetap tegak maka setiap orang akan bisa naik ke sepeda dan mengayuhnya langsung karena efek gyroscopic tadi yang selanjutnya akan bekerja.
Sepeda
Image captionRancangan sepeda memungkinkan untuk dinaiki sambil lepas tangan. (Foto: Tejvan Pettinger)
Kenyataannya adalah Anda harus belajar naik sepeda, sama seperti Anda harus belajar berjalan. Jadi naik sepeda itu ada di otak kita.
Coba bayangkan: Anda harus bersepeda di jalanan yang benar-benar lurus dan datar. Tentu amat mudah. Tapi sebenarnya tidak. Jelas tidak mungkin untuk bersepeda di sepanjang jalan lurus yang sempit, bahkan ketika Anda sedang tidak mabuk sekalipun. Tak percaya? Silahkan mencoba.

Otak menyeimbangkan

Sekarang kita coba eksperimen lain: berdirilah di salah satu ujung kaki Anda dan gunakan tangan sebagai penyeimbang. Agak sulit. Namun coba melompat untuk berganti ujung kaki, dan malah akan lebih mudah menjaga keseimbangan. Itu sama dengan berlari.
Yang dilakukan otak adalah membuat penyesuaian kecil setiap kali Anda mengangkat kaki untuk berganti sehingga jika Anda akan jatuh ke kanan maka Anda akan melompat sedikit ke kiri di langkah berikutnya.
Begitulah bersepeda. Saat mengayuh sepeda, Anda selalu membuat penyesuaian kecil. Jika Anda memberat ke kanan, maka secara bawah sadar Anda mengarah sedikit ke kanan agar roda tetap berada di bawah Anda. Namun kemudian tanpa berpikir sama sekali, Anda menyesuaikan diri untuk tetap berada di jalur dengan condong ke kiri.
‘Pergoyangan’ itu sepenuhnya wajar.
Akan lebih terasa di kalangan para pemula (khususnya anak-anak) yang lebih banyak melakukan goyangan akan tetapi goyangan tidak terlihat di kalangan pensepeda pengalaman.
Sepeda
Image captionAda beberapa elemen dalam rancangan sepeda yang membuatnya mudah dinaiki. (Foto: Rishiyur1/Public Domain)
Bagaimanapun goyangan itu merupakan bagian dari proses yang menjelaskan kenapa berjalan –atau bersepeda- di jalur yang lurus total itu susah karena Anda terbatas dalam melakukan penyesuaian kecil dari satu sisi ke sisi lain.

Setang tegak

Memang ada beberapa bagian cerdas dari rancangan sepeda yang membuat mengayuhnya jadi lebih mudah. Yang terpenting adalah kemudi sepeda yang dimiringkan sehingga roda depan bersentuhan dengan tanah pada titik yang berada di belakang persilangan poros kemudi dan tanah. Jarak antara sentuhan dan persilarangan disebut dengan ‘jejak’.
Jejak itulah yang membantu untuk menstabilkan sepeda ketika Anda mengayuh sambil lepas tangan karena ketika Anda condong ke kanan, kekuatan di titik sentuhan dengan tanah akan bergerak ke kanan. Jadi Anda tidak tetap bisa menaikinya dengan menggunakan kedua tangan agar condong ke kiri untuk membuatnya seimbang.
Dan orang membuat sepeda dengan kemudi tegak yang mudah untuk dikendalikan. Dalam kenyataanya amat sulit untuk membuat sepeda yang tidak bisa dikemudikan. Banyak yang sudah mencoba membuat sepeda seperti itu.
Jadi yang membuat sepeda berjalan tanpa jatuh adalah karena otak Anda, dan itu mudah dibuktikan.
Cobalah menyilangkan tangan Anda, misalnya, maka dijamin Anda tidak bisa jalan. Atau kalau Anda berganti tangan di kemudi ketika sedang mengayuh, maka Anda pasti akan langsung jatuh –yang mestinya tidak terjadi kalau memang efek gyroscopic membuatnya tegak.
Sepeda
Image captionHampir tidak ada sepeda yang tidak bisa dinaiki.
Para badut dan pengamen jalanan naik sepeda yang bisa maju mundur. Diperlukan waktu untuk berlatih dan caranya adalah melupakan cara naik sepeda biasa. Begitu mengagumkannya cara otak bekerja: melupakan yang sudah dipelajari demi mempelajari hal baru.

Otak perlu bergoyang

Jadi bagaimana dengan efek gyroscopiceffect yang disebut sebelumnya. Apakah efek itu juga membantu? Tidak… kecuali Anda amat kencang.
Untuk membuktikan bahwa efekgyroscopic tidak penting, saya membuat sepeda dengan dua roda depan namun yang satunya berputar berlawanan. Saya bukan orang yang pertama karena David Jones sudah membuatnya pada tahun 1970 lalu. Kami berdua punya gagasan yang sama.
Intinya adalah roda yang bergerak ke belakang meniadakan efek gyroscopicdari roda yang berjalan ke depan, yang membuktikan bahwa tidak ada masalah karena yang membuat Anda tetap tegak adalah otak Anda. Cobalah eksperimen yang menyenangkan itu.
Jadi bagaimana cara terbaik untuk belajar naik sepeda. Menyaksikan anak-anak belajar naik sepeda dengan roda tambahan di belakang membuat saya tak nyaman karena setiap kali roda tambahan itu menyentuh tanah maka anak itu kehilangan pengalaman belajar.
Untuk bisa naik sepeda maka otak Anda juga perlu bergoyang, jadi cabut saja roda tambahan itu dan semakin Anda bergoyang maka semakin cepat pula Anda belajar.
Karena naik sepeda itu sepenuhnya di otak.
Artikel ini pertama kali diterbitkan di The Conversation, dan penerbitan ulang dimungkinkan oleh lisensi Creative Commons.
Tulisan asli dalam bahasa Inggris: Why does a bike stay upright? It's all in the mind dan tulisan-tulisan lain bertema masa depan bisa Anda baca di BBC Future

Tidak ada komentar:

Posting Komentar